Tuesday, October 23, 2012
WATAK BAYI
Watak dasar yang dibawa si bayi pada saat kelahiran dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah pengaruh dari hari kelahiran si bayi. Menurut kitab Primbon Adammakna, ada tujuh macam watak dasar si bayi, jika dihubungkan dengan hari kelahirannya, yaitu:
1. MINGGU
Bayi yang lahir pada Minggu, diibaratkan seperti Matahari, hatinya terang, suka merelakan apa yang menjadi milikya kepada sanak saudara. Ia mempunyai modal sebagai pemimpin yang berkualitas, mencintai rakyatnya, dan dapat memerintah dengan baik, termasuk memerintah orang yang lebih tua. Pandai bicara, keras budinya bersih penampilannya.
2. SENIN
Bayi yang lahir pada hari Senin: diibaratkan seperti Bulan, bicaranya tidak bisa dianggap enteng, karena lebih beremosi. Gembira dan tulus dalam melakukan pekerjaannya. Cepat dan terampil. Ia senang melakukan pekerjaan yang lurus dan benar.
3. SELASA
Bayi yang lahir pada hari Selasa: diibaratkan seperti Api, ia mempunyai dua perkara yang serius, yaitu dibenci orang dan kalau mempunyai teman atau sahabat tidak bisa bertahan lama, karena pertengkaran. Walaupun ada juga sifat baiknya, jika dibandingkan lebih banyak sifat buruknya. Ia jahil, suka menjelek-njelekan orang lain, hatinya penuh rasa iri dan dengki
4. RABU
Bayi yang lahir pada hari Rabu: diibaratkan seperti Bumi, kalau baik kelewat baik. Tidak kekurangan sandhang pangan. Orangnya pendiam, tetapi kalau sudah bicara sebagian besar terlaksana.
5. KAMIS
Bayi yang lahir pada hari Kamis: diibaratkan seperti Angin dan Petir. Siapa yang jadi jodhohnya biasanya mati lebih dahulu. Mati dalam arti luas, mati rejekinya dan mati kariernya. Banyak yang takut dengan bicaranya. Kalau punya teman tidak bisa awet, karena tidak tulus. Hatinya panas, lebih berangasan. Tetapi pada tataran lahir ia baik budi dan lebih rumit, senang di junjung dan ditinggikan, jika disikapi dengan lunak dan halus ia mudah ditipu.
6. JUMAT
Bayi yang lahir pada hari Jumat: diibaratkan seperti Bintang, senang mandita menjalani tapa, bersemangat miskin. Merelakan apa yang dimilikinya jika saudaranya lebih membutuhkan. Dicintai banyak teman dan sahabat
7. SABTU
Bayi yang lahir pada hari Sabtu: diibaratkan air, pandai menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk lancar dalam berdagang. Lebih cekatan dalam bekerja, tidak mau menunda-nunda pekerjaan, banyak rejekinya. Ditakuti banyak orang tetapi juga sering dimusuhi, bahkan sahabatnya pun menjauhi dirinya.
Ke tujuh watak dasar yang merupakan bawaan lahir tersebut merupakan ilmu titen, yaitu ilmu yang didapatkan dan dikumpulkan dari pengalaman secara turun temurun dalam kurun waktu yang panjang. Ilmu titen tentang watak dasar si bayi yang berdasarkan hari kelahiran ini hanyalah merupakan salah satu ilmu titen, yang bila perlu masih dapat dijadikan panduan bebas untuk pendampingan sibayi yang lahir di jaman ini
PANCAWARA
Pancawara artinya adalah lima hari yang meliputi:
Paing, atau Jenar (bahasa Kawi)
Pon, atau Palguna (bahasa Kawi)
Wage, atau Cemengan (bahasa Kawi)
Kliwon, atau Kasih (bahasa Kawi)
Legi, atau Manis (bahasa Kawi)
Dengan demikian satu siklus Pancawara membutuhkan waktu lima hari. Pancawara juga disebut dengan pasaran, karena keberadaannya dikaitkan dengan kegiatan perdagangan di pasar pada jaman dahulu dan sebagian masih berlangsung hingga jaman sekarang. Misalnya di Pasar Bantul, hari pasarannya adalah Kliwon, hingga saat ini setiap Kliwon terutama Minggu Kliwon, tingkat keramaian di pasar Bantul bisa duakali lipat dibandingkan hari-hari biasanya. Pasar Sleman, hari pasarannya adalah Paing. Sedangkan pasar Kota Gede, sejak dulu hingga sekarang hari pasarannya adalah Legi.
Pasaran pada saat bayi lahir juga berpengaruh bagi watak dasar si Bayi. Menurut kitab Primbon Adammakna, ada lima macam watak dasar si bayi, jika dihubungkan dengan pasaran kelahirannya, yaitu:
1. KLIWON
Bayi yang lahir pada pasaran Kliwon digambarkan mempunyai binatang piaraan anjing dan kera. Watak dan karakter disimbolkan seperti binatang yang mejadi piaraannya:. Kera jenis binatang yang banyak akalnya, senang memanjat dan galak, sukar dijinakkan dan sulit didekati. Hidupnya berada di daratan, di pepohonan dan di air. Walaupun sudah di beri makan, kera masih mau menggigit, menggoda dan mengejek-ejek, dan tidak tahu akan kebaikan. Sedangkan binatang piaraan yang satunya adalah anjing. Wataknya adalah tulus setia kepada tuannya, tetapi jorok makannya. Akal-pikirannya stabil. Berani dan besar kemauannya. Karena puja-pujinya ia banyak mendapat keselamatan. Sebagai permohonan agar hidup si bayi terhindar dari hal-hal buruk, mengadakan selamatan ‘kethek’, artinya membuat jenang mancawarna yaitu bubur beraneka macam.
2. LEGI
Bayi yang lahir pada pasaran Legi, mempunyai watak dan karakter yang diibaratkan sebagai Raja atau Bupati, dengan binatang piaraannya yaitu kucing dan Tikus. Wataknya waspada, lebih jinak, hatinya selalu gembira, tidak mempunyai kekawatiran. Datangnya bahaya karena di celakai orang lain. Namun setelah di celakai, memunculkan kekuatannya, taringnya atau pusakanya. Kelebihannya bisa bergaul dengan orang kaya dan bisa bergaul dengan orang miskin. Wataknya tikus kalau malam tidak tidur, awas waspada, lebih hati-hati.. sering binggung sendiri, makannya sedikit. Bila menggigit berbisa, sehingga yang digigit bisa mati. Sering dimintai tolong orang. Bisa membuat gara-gara. Selalu ingat perihal perbuatan baik dan perbuatan jelek. Besar keberuntungannya, tetapi juga besar celakanya. Sebagai permohonan agar hidup si bayi terhindar dari hal-hal buruk, mengadakan selamatan ‘pitik’, artinya tukon pasar, membeli aneka makanan di pasar tradisional.
3. PAING
Bayi yang lahir pada pasaran Paing, mempunyai watak dan karakter yang disimbolkan seperti binatang yang mejadi piaraannya yaitu Macan, jauh dalam mencari mangsa, lebih nyaman duduk sendiri, tidur sendiri, jarang makan, kecuali jika menjadi binatang peliharaan raja, makannya serba kecukupan. Banyak musuhnya, orang yang berusaha mengunggulinya akan celaka. Namun ia tidak akan celaka jika mengungguli orang lain, karena ia memang mempunya senjata. Ia suka pada tempat yang bersih. Napsunya datang dari perempuan. Sering ditipu, barang yang sudah hilang jarang bisa kembali. Sebagai permohonan agar hidup si bayi terhindar dari hal-hal buruk, mengadakan selamatan ‘kucing’, artinya mengadakan nasi dan iwak (daging)
4. PON
Bayi yang lahir pada pasaran Pon, mempunyai watak dan karakter yang disimbolkan seperti binatang yang mejadi piaraannya, yaitu kambing, wataknya suka wayangan, lokasi usahanya tidak jauh-jauh, yang dimakan tanaman, artinya hanya miliknya sendiri, sering marah-marah kepada anak isterinya, bermata gelap. Watak kambing sering berani kepada yang memelihara. Jika sudah membantah sulit dijelaskan. Kekayaannya sedang-sedang saja. Wataknya Nabi saleh budinya. Nasihatnya ditaati orang. Sebagai permohonan agar hidup si bayi terhindar dari hal-hal buruk, mengadakan selamatan ‘bulus angrem’, artinya mengadakan kue klepon dengan srabi.
5. WAGE
Bayi yang lahir pada pasaran Wage, mempunyai watak dan karakter yang disimbolkan seperti binatang yang mejadi piaraannya, yaitu sapi, wataknya jinak. Sekehendak yang memerintahkan. Makannya jorok dan harus di jatah. Sapi berwatak grusah-grusuh. Kalau dicambuk sering mengamuk. Segala sesuatu di terkam. Kurang kerja keras dalam mencari makan. Tetapi kalau sudah makan lupa saudaranya dan orang tuanya. Tidak jernih pikirannya. Sering kena fitnah. Punya kelebihan tetapi angkuh. Sebagai permohonan agar hidup si bayi terhindar dari hal-hal buruk, mengadakan selamatan ‘bantheng’, artinya membuat sego golong yaitu nasi dibuat bulat
Ke Lima watak dasar yang merupakan bawaan lahir tersebut merupakan ilmu titen, yaitu ilmu yang didapatkan dan dikumpulkan dari pengalaman kejadian yang biasa dialami pada kurun waktu yang panjang.
Ilmu titen tentang watak dasar si bayi yang berdasarkan pasaran kelahiran ini hanyalah merupakan pengetahuan pelengkap, jika diketahui akan lebih baik, alih-alih dapat dijadikan panduan bebas untuk pendampingan sibayi yang lahir di jaman modern
[ Herjaka HS]
Tuesday, October 2, 2012
Yang Menjadikanku Sarjana
ALUR
CERITA KETOPRAK PATI
LAKON
ANDHA RANTE
Sunardi
2102406643
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS
Unnes
2012
ABSTRAK
Sunardi. 2011. Alur
Cerita Ketoprak Pati Lakon Andha
Rante. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Bambang Indiatmoko, M.Si. Pembimbing II: Sucipto Hadi
Purnomo, S.Pd., M.Pd.
Alur adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Alur merupakan bagian penting
dalam sebuah drama pementasan maupun drama kaset(rekaman kaset pita), karena
alur adalah suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak
terputus-putus. Oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab
atau akibat kejadian lain. Seperti halnya dalam drama modern, ketoprak juga
memiliki alur yang sama dengan drama modern termasuk juga ketoprak Pati. Dalam
dunia ketoprak banyak lakon yang popular, salah satunya yaitu lakon Andha
Rante. Andha Rante merupakan tokoh utama yang antagonis yang selalu merasa
dirinya paling benar. Inilah yang menjadikan menarik untuk diteliti.
Masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana alur cerita dalam Ketoprak Pati pada lakon “Andha Rante”.
Masalah yang tercakup dalam penelitian tersebut adalah tahapan alur dan jenis
alur cerita lakon Andha Rante. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
jalinan peristiwa sebagai unsur pembentuk alur dan mengetahui bentuk alur
tersebut dalam wujud gambar. Manfaat
yang dapat diperoleh dalam penilitian naskah ketoprak Pati lakon Andha Rante adalah mengembangka khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya khasanah sastra Jawa tradisional.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak. Metode simak digunakan untuk mentranskrip data utama, yaitu VCD pementasan ketoprak dengan lakon Andha Rante oleh S.W. Ketoprak Sri Kencono Budoyo Pati. Metode analisis data menggunakan empat tahap
yaitu, tahap
analisis naskah pada tiap-tiap adegan, tahap penjabaran naskah sesuai dengan
teori yang digunakan, tahap interpretasi data-data hasil analisis, dan yang
terakhir tahap penarikan simpulan.
Alur yang digunakan lakon Andha
Rante adalah alur maju. Ini dibuktikan dengan rincian tahapan alur mulai
dari tahap eksposisi ketika di awal adegan tokoh Andha Rante mengucapkan keluh
kesahnya. Itu sebagai prolog cerita yang ditampilkan. Kemudian tahap konflik
ketika Andha Rante bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten
Pati. Kemudian mereka bertarung. Hal itu menjadi konflik yang muncul pertama.
Komplikasi muncul ketika Bupati Pati
Mangun Oneng menghadap ke Kasultanan Mataram untuk meminta bantuan Sultan Agung
supaya memberi solusi dan bantuan menangkap Andha Rante. Kemudian tahap krisis
atau klimaks, yaitu ketika semua utusan Bupati Pati dan utusan Sultan Agung
menuai kegagalan sampai akhirnya utusan Sultan Agung yang bernama Ustadz Makdum
Alatas meninggal. Tahap selanjutnya tahap resolusi atau peleraian, yaitu solusi memecahkan masalah yang sudah
muncul dalam tahap-tahap sebelumnya. Syeh Jangkung meminta bantuan Buranti
putri Tumenggung Sumba Pradan untuk menjebak Andha Rante. Kemudian tahap akhir
yaitu tahap keputusan atau penyelesaian, yakni semua masalah sudah
terselesaikan yaitu ketika Andha Rante meninggal dengan dibuat mabuk dan
kemudian diikat dengan rantai emas. Dalam cerita ini tidak terdapat kilas balik
cerita atau flash back.
Ketoprak sebagai media komunikasi harus tetap dijaga keberadaannya dalam
konteks budaya masa kini dan masa depan. Sebagai tontonan yang berifat
tradisional, sutradara perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan
masyarakat. Inovasi tersebut adalah penggarapan alur dalam lakon yang ditampilkan, teknik penyajian tokoh, iringan, dan
properti. Supaya tidak kehilangan daya pikat penontonnya.
Kata kunci: ketoprak Pati, alur, Andha Rante.
A.
Pendahuluan
Ketoprak
merupakan salah satu kesenian tradisional yang berupa pementasan drama yang
mengangkat cerita-cerita tertentu. biasanya cerita yang ditampilkan berasal
dari legenda, cerita rakyat, sejarah dan cerita-cerita carangan (cerita yang
dimodifikasi dari cerita bakunya). Contohnya legenda adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh
karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah. Contoh legenda yang
sering digunakan sebagai lakon dalam pementasan ketoprak adalah legenda
berdirinya Menara Kudus. Adapun cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya
dan sejarah yang dimiliki bangsa, pada umumnya cerita rakyat mengisahkan
kejadian di suatu tempat atau asal muasal tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan
dalam cerita rakyat pada umumnya diwujudkan dalam bentuk baik binatang, manusia
ataupun dewa. Contoh cerita rakyat yang sering digunakan dalam pementasan
ketoprak adalah cerita Saridin. Cerita rakyat tersebut sangat diminati oleh
para penikmat ketoprak di Pati, selain cerita Saridin ada juga yaitu cerita
Andha Rante. Kisah Andha Rante juga merupakan cerita pilihan bagi para penikmat
ketoprak di wilayah Pati. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat
kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan
(terutama untuk raja-raja yang memerintah). Contoh sejarah yang biasanya
digunakan dalam pementasan ketoprak ialah sejarah kerajaan majapahit, seperti
lakon “Gajah Mada”, yang mana menceritakan kisah hidup sang maha Patih Gajah
Mada dari masa muda hingga masa tuanya. Cerita carangan ialah cerita yang
dimodifikasi dari cerita baku/aslinya. Contoh cerita carangan yang sering
ditampilkan adalah cerita “Sri Huning”. Dan masih banyak lagi contoh-contoh
cerita carangan yang lainnya.
B.
Perkembangan
Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Perkembangan
Ketoprak di Pati sudah menjadi bagian kehidupan bagi masyarakat Pati, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya jumlah kelompok-kelompok Ketoprak di Pati. Dari
kelompok yang amatiran sampai kelompok yang profesional saling mendukung, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya system pemain
bon-bonan. jadi hal ini yang menjadikan perkembangan Ketoprak di Pati
menjadi baik. Bentuk atau model pementasan Ketoprak Pati sangat berbeda dengan
bentuk pementasan Ketoprak Mataraman, jenis pementasannya adalah jenis
pementasan pesisiran atau jenis pementasan ndesa.
Bentuk drama Ketoprak hampir sama dengan bentuk teater modern, perbedaan yang
mendasar adalah tradisional dan modern, perbedaan yang umum terdapat pada jenis
iringan, penggarapan cerita yang diambil, dan tata panggung. Biasanya
penggarapan pada Ketoprak mengambil dari cerita-cerita rakyat, cerita sejarah,
dan cerita-cerita lainnya, Sedangkan penggarapan cerita Teater lebih pada
cerita-cerita yang terkini atau yang sedang terjadi pada masa sekarang.
Dalam
penelitian ini diambil salah satu bentuk kesenian tradisional berupa ketoprak
Pati yang dikhususkan dalam lakon Ketoprak yaitu “Andha Rante”. Lakon “Andha
Rante” sudah sangat familiar bagi warga masyarakat Pati dan sekitarnya, antara
lain yaitu daerah Kudus, Jepara, Rembang, Blora dan, Purwodadi. Yang menjadi
menarik dalam lakon tersebut untuk diteliti adalah intensitas permintaan lakon
“Andha Rante” oleh masyarakat kepada kelompok-kelompok ketoprak yang ada di
kabupaten Pati. Buktinya meskipun telah berulang-ulang kali dipentaskan, lakon
“Andha Rante” masih tetap menjadi pilihan bagi penggemar Ketoprak yang ada di
Pati dan sekitarnya.
C. Alur Cerita Dalam Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Seperti halnya drama modern, dalam drama tradisional dalam hal ini adalah
ketoprak juga memiliki alur. Setelah
menguraikan naskah drama tersebut ke dalam beberapa
tahapan-tahapan yaitu tahap eksposisi, konflik, komplikasi, krisis,
resolusi, dan keputusan maka dapat
digambarkan melalui grafik:
|
Gb. 4
Keterangan:
I.
Tahap Pemaparan: Terjadi pada ADEGAN-1,
II.
Tahap Konflik: Terjadi pada akhir ADEGAN-1
sampai dengan ADEGAN-3,
III.
Tahap Komplikasi: Terjadi pada ADEGAN-5 sampai
dengan pertengahan ADEGAN-7, (adegan 4 tidak ada karena disitu hanya adegan
emban jogedan dan guyonan)
IV.
Tahap Krisis: Terjadi pada pertengahan ADEGAN-7
sampai dengan pertengahan ADEGAN-11,(adegan 8 tidak ada karena disitu hanya
adegan dagelan yang sama dengan adegan 4)
V.
Tahap Resolusi: Terjadi pada pertengahan
ADEGAN-11 sampai dengan awal ADEGAN-12,
VI.
Tahap Keputusan: Terjadi pada ADEGAN-12 sampai
selesai.
Setelah menganalisis struktur lakon cerita ketoprak Pati dengan Lakon Andha Rante oleh Sw. Kethoprak Siswo
Kencono Budoyo Pati mulai dari adegan
pertama sampai adegan terakhir dapat diketahui bahwa dalam lakon ini sesuai
dengan teori struktur drama dari William Henry Hudson yang digunakan untuk
menganalisis struktur dramatik pada lakon ini.
Bila melihat grafik pada gambar 4, puncak pada nomor IV adalah titik
puncak tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa titik tersebut merupakan titik
klimaks atau puncak cerita. Puncak-IV yang dimulai pada pertengan ADEGAN-7,
yaitu pada saat setelah meninggalnya Ustadz Makdum atas perbuatan Andha Rante
dan ketika itu Bupati Pati menyuruh Tumenggung Sumba Pradan untuk menemui Syeh
Jangkung untuk menghentikan ulah Andha Rante.
Jadi jika melihat grafik di atas
sudah bisa disimpulkan kalau dalam cerita ketoprak lakon Andha Rante
menggunakan alur maju, karena di dalam rangkaian cerita tidak menggunakan
cerita balik atau flash back.
D. Simpulan
Setelah pembahasan yang telah dipaparkan dalam BAB IV, cerita ketoprak lakon Andha Rante yang terdiri dari 12 adegan,
yang terbentuk oleh unsur intrinsik salah satunya adalah alur. Dalam cerita
ketoprak lakon Andha Rante yang
analisis/diteliti adalah alur cerita yang digunakan oleh sutradara. Dalam
cerita ketoprak lakon Andha Rante alur
yang digunakan adalah alur maju. Dibuktikan mulai dari adegan Andha Rante
bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten Pati dalam adegan
pertama. Kemudian hingga meninggalnya ustadz Makdum Alatas di Desa Siti Hinggil
karena perbuatan Andha Rante, dan sampai akhirnya Andha Rante bisa dikalahkan
hingga akhirnya meniggal oleh daya upaya Syeh Jangkung yang dibantu oleh putri
Tumenggung Sumba Pradan yang bernama Buranti dalam adegan terakhir. Dalam
cerita yang disampaikan tidak terdapat kilas balik cerita atau flash back.
Sarana analisis yang digunakan yaitu teori
oleh William Henry Hudson dengan tahapan-tahapannya yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.
E. Saran
Setelah menganalisis cerita ketoprak lakon Andha Rante oleh kelompok Ketoprak Sri Kencono Bodoyo Pati , ada
beberapa saran sebagai berikut.
Pertama, Ketoprak sebagai media
komunikasi harus tetap kita jaga keberadaannya dalam konteks budaya masa kini
dan masa depan, serta perannya sebagai sarana untuk menyebarkan pesan dan
nilai-nilai yang berguna bagi penanaman budi pekerti dan pembangunan bangsa.
Kedua, para sutradara perlu melakukan
penyesuaian terhadap perkembangan masyarakat. Inovasi tersebut adalah
penggarapan alur dalam lakon yang
akan ditampilkan. Namun penyesuaian tersebut hendaknya tidak merubah tujuan
awal pementasan, yaitu harus mencerminkan suka duka dan romantika kehidupan
manusia dengan segala persoalannya yang pada akhirnya memperlihatkan kebaikan
dan keburukan.
F. Daftar Pustaka
Aminuddin. 2002. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Asmara, Adhi. 1983. Cara Menganalisa
Drama. Yogyakarta: CV Nur Cahaya
Bandem, Made dan Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Harymawan, RMA. 1993. Dramatugi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Khazin, Muhamad. 2010. Motif Lawakan dalam Pagelaran Ketoprak Putri
Cina Lakon Sam Pek Eng Tai. Skripsi.
Unnes
Mulyo, Heru Mugo. 2009. Drama
tuk Karya Bambang Widoyo SP dan Kesesuaiannya
Sebagai
Bahan
Ajar
di SMP. Skripsi. Unnes
Nugroho, Yusro Edy. 2008. Diktat Mata
Kuliah Drama Jawa. Semarang: FBS Unnes
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Propp, Vladimir. 1987. Morfologi
Cerita Rakyat. Kuala Lumpur: Sais Baru Sdn. Bhd.
Purwaraharja, Lephen dan Nusantara, Bondan. 1997. Ketoprak Orde Baru. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satoto, Soediro. 1989. Pengkajian
Drama 1. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Sudyarsana, Handung Kus. 1989. Ketoprak.
Yogyakarta: Kanisius
Susanto, Budi. 2000. Imajinasi
Penguasa dan Identitas Postkolonial (Siasat Politik (Kethoprak) Massa Rakyat).
Yogyakarta: Kanisius
Team Penyunting Bidang Kesenian. 1985. Tuntunan Seni Kethoprak. Yogyakarta: Kanwil DEPDIKBUD Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Widada, dkk. 2001. Kamus Basa
Jawa (Bausastra Jawa). Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil
Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
Naskah Ketoprak Lakon "Andha Rante" 12
Transkripsi ketoprak lakon "Andha Rante"
S.W.
Ketoprak Sri Kencono Budoyo Pati
ADEGAN 1: PERANG DI ALAS DESA SITI
HINGGIL.
ANDHA RANTE : Yen tak rasak-rasake, wong kok seneng ngganggu kamardikaning
liyan. Wayah ora wayahe, grudag-grudug, ngalor-ngidul, ngetan-ngulon. Lulang
dibentheng, dijereng, digebugi blang-bleng, blang-bleng, lawaaaaaaaaa bubar,
lawaaaaaaaaaaaa bubar.. ora o diprintah bubar nek wayahe surup surya ya budhal
luru mangsa dhewe-dhewe. Wong kok padha gendheng, wong kok padha edan. Sedina
nyambut gawe, mulih karepku ya ngaso leyeh-leyeh. Meneh, wayahe wong turu
lulange di bentheng meneh digebugi meneh blang-bleng, blang-bleng, grudug
ngalor, grudug ngidul, lawaaaaaa bubar, lawaaaaa bubar… jagad iki jagade dhewe
apa piye? Jagad iki jagade wong akeh. Anggere padha mribeni lehku turu tak
brenggkolangi watu, ora perduli. Hah, wong iki omah-omahku dhewe, desa Siti
Hinggil kene iki biyen tinggalane bapakku dhewe. Kok dibribeni. Mandheg sedela,
bareng-bareng ora mung siji loro kamin-kamin… upama celuk-celuk kang kamin iki
rak ora kaya ngono kuwi bantere a. wah-wah-wah… yen tak rasak-rasakna wong Pati
iki padha arep edan kabeh po piye? Nek gelem mbok niru aku iki sing waras.
TIBA-TIBA
KEDUA TUMENGGUNG UTUSAN DARI PATI DATANG. TUMENGGUNG SUMBA PRADAN MEMULAI
PEMBICARAAN DENGAN ANDHA RANTE.
SUMBA
PRADAN : Najan mung sak paduran aku ra
pangling, menawa kowe ki Andha Rante.
ANDHA
RANTE : Nggih kula namine Andha
Rante..
SUMBA PRADAN : Nanging aku pengen ketemu karo kowe iki apike ning omah opo
ning kene ae?
ANDHA
RANTE : Teng ngriki dak mboten
napa-napa a..
SUMBA
PRADAN : Ngono ya..
ANDHA
RANTE : Nggihh…
SUMBA PRADAN : Nek ancen ora apa-apa, tak bacutke anggonku arep rerembugan
karo kowe.. Kowe wis ngerti aku mbok menawa ya?
ANDHA
RANTE : Sampeyan sinten?
SUMBA
PRADAN : Aku Tumenggung Sumba Pradan.
ANDHA
RANTE : Ooo… Priyayi saking Kadipaten
Pati Pesantenan niku..
SUMBA
WILIS : Aku Tumenggung Sumba Wilis,..
ANDHA RANTE : Enten napa sampean kok padha teka teng dukuh Hinggil niki?
SUMBA PRADAN : Ngono ya… Rehning aku uga narapraja ning Kadipaten Pati. Kareh marang
reksa dalem Kanjeng Adipati Mangun Oneng ing Kadipaten Pati. kang supaya
nakyenake njangkahke sukuku nyang bumi Siti Hinggil nanjehake apa tenan okeh
wong padha kandha jare ono pawongan kang jenenge Andha Rante gawe kisruh nyang
wewengkon Siti Hinggil..
ANDHA
RANTE : Niku sing padha kandha niku
sinten?
SUMBA PRADAN : Ya kalebu wong Siti Hinggil kono kang padha munggah nyang pendhapa
ageng Kadipaten Pati.
ANDHA RANTE : Kula niku ora nggawe kapitunane wong-wong mriki mboten, kula
mboten nggawe kapitunan wong Pati niku mboten, ning wong-wong niku sing padha nggawe kapitunan,
nggawe gelaning atiku
SUMBA PRADAN : Kuwi kanggomu, kanggomu ora gawe kapitunan wong Siti Hinggil,
ning kanggone wong Siti Hinggil rumangsa mbok gawe kapitunan..
ANDHA RANTE : Mboten mawon, sing gawe kapitunan niku nggih wong-wong niku.
SUMBA
PRADAN : Coba kandhakke, sebabe
piye…???
ANDHA RANTE : Kula niku wong getapan kuping, angger getih kula mpun panas,
mangka munjuk, mripat kula dadi abang, kuping kula njepiping.. wayah mboten wayahe, limah-tumahe, wong grudug
ngalor, grudug ngidul, grudug ngetan, grudug ngulon mboten karuan parake. Teng
ngriku pada nglumpuk, Lulang dibentheng digebugi blang-bleng, blang-bleng,
blang-bleng ana sing nyuara lawaaaa bubar, lawaaa bubar .. lho niku lawa niku mboten usah diprintah
kon bubar, nek mpun wayahe sore surup ngatenika, niku lawa padha budhal
dhewe-dhewe padha buyar golek pangan, lho kok disebuti lawa bubar. Ngaten niku
pripun? Trus meneng.. sedela mpun kula rada kepenak kethoke tak rungokno
alon-alon, kula mpun mboten krungu, bareng meneh disambung, kamin-kamin… lho kamin
teng mriki niku pinten iji?
SUMBA PRADAN : Tak wangsuli pitakonmu.. Sepisan kang ana pawongan ngalor,
ngidul… Kuwi mertandhake pada nggone rukun, lan nggone rukun kuwi mau tumuju ning
papan ibadah utawa ning papan suci papan sing kanggo shalat sembahyang kanggo
nyembah marang panguasane gusti, kapindho lulang dibentheng kae digawe bedhug
kanggo pratandha menapa ta dina jum’at dithuthuk kae dino jum’atan kanggo sembahyang.
Kaping telu kang kok arani lawa bubar kae jenenge undang-undang wong kang arep
shalat sembahyang, jenenge adzan, Allahu akbar, ora kok lawa bubar. Allahu
akbar Allah maha besar, iki kanggone wong islam. Mula nek nganti ana
wong sing padha nglakoni kaya ngono tak jaluk, nek kowe gelem gawe tentreming
Negara Siti Hinggil, Kadipaten Pati Desa Siti Hinggil kuwi ya aja kaya ngono.
Ana tembung lakum dinukum waliyadin, kowe kowe, aku aku, aja ngganggu
marang kamardikane liyan. Ngono lho..
ANDHA RANTE : Ngeten nggih, kula kok ra mudheng rembugane sampeyan..
SUMBA
PRADAN : Ya ra mudheng, merga kowe karo
aku beda.
ANDHA RANTE : Kok ana Allah, Allah, Allah niku napa? Nek panganan,
panganan piye? Nek rasane piye? Gedhene sepira? Gedhe pundhi kalih kula?
SUMBA WILIS : Andha Rante, dene Allahu akbar kuwi manembah marang
ngarsane Gusti kang akarya jagad. Kabeh sekabehing para kawula sing kepingin
manembah marang ngarsane Gusti kang akarya jagad aja kok ganggu, malah kepara kowe
wong padha shalat sembahyang, mushola pada mbok bandhemi.
ANDHA RANTE : Kula mboten ngganggu, sing padha ngganggu niku malah
wong-wong niku kabeh sing padha ngganggu, sebab kula wayahe turu kula
dibribeni. Niku ngganggu kamardikane kula. Mboten kok kula niku ngganggu,
sampeyan niku kuwalik, kula sing diganggu. Sebab Siti Hinggil iki omah kula dhewe.
SUMBA PRADAN : Andha Rante, Siti Hinggil iki yo ora kagunganmu dhewe, nggone
wong akeh. Dadi wong sak Desa Siti Hinggil iki nduwe kamardikane dhewe-dhewe.
ANDHA RANTE : Lho kok mboten gadhahan kula pripun? Wong Desa Siti Hinggil niki
tinggalane bapak kula, nika lho sampeyan nek ora percaya. Watese niku wit pace
sing nika ngantos dugi ngrika, nika karas tinggalane wong tuwa kula.
SUMBA PRADAN : Ning kowe urip ning Desa? Kowe urip ning Desa nek kanthi
kaijenan ora bakal bisa urip. Wong bisa langgeng, bisa nggenah, bisa rukun kuwi
merga kumpulan, merga kancane akeh. Nek kaya dene kowe ora gelem ngumpuli sapa
sapaning wong sing ana ning desa kene, yo kaya dene kowe iki ora nduwe bala.
ANDHA RANTE : Gak, kula mboten iso tetepe, pokoke angger ijeh ana wong
bengok-bengok teng kiwa tengene omah kula, teng Desa Siti Hinggil mriki kula
brengkolangi
SUMBA PRADAN : Ya wis ngene wae, aku duta pamungkase Bupati Pati, Tumenggung
Sumba Pradan, wong sak Pati mbok menawa padha ngerti yen Sumba Pradan iki Senopati
Agung Kadipaten Pati. kowe tak rangket, tak sowanke ngersa dalem Kanjeng
Adipati Mangun Oneng.
ANDHA
RANTE : Lho nek isa nggih mangga.
SUMBA
PRADAN : Lho piye kuwi.
SUMBA
WILIS : Sing ati-ati.
KEDUA
TUMENGGUNG UTUSAN ADIPATI PATI AKHIRNYA MEMAKSA ANDHA RANTE DENGAN CARA ADU
FISIK.
NAMUN
MEREKA KALAH. LALU MEREKA KABUR.
ANDHA RANTE : Wah-wah, ora pisan ora pindho, Desa Siti Hinggil kene kerep
ditekani priyayi saka Pati. angger teka, gelut perang ning ara-ara kene, nganti
sukete ora thukul, ara-ara iki nganti buthak, tak sawang saya wingit, saya
sangar, gandheng saben-saben teka ning kene kok padha ngajak perang,
kanggo pengiling-iling anak putu mbesuk,
panggonan sing kanggo perangan iki yen
ana rejo-rejaning jaman karanga Desa Parenggang. Saka tembung peperangan, ya
kanggo pengeling-eling aja padha lali karanga Parenggang, sapa ae teka ing Siti
Hinggil apa meneh mung utusane, Kanjenga Adipati Pati, Andha Rante ora bakal
wedi.
Naskah Ketoprak Lakon "Andha Rante" 11
ADEGAN 2 PENDAPA AGUNG KADIPATEN
PATI
ADIPATI
PATI : Kakang Patih Kendhil Wesi..
KENDHIL
WESI : Sabda dalem Gusti.
ADIPATI
PATI : Raharja sowanira.
KENDHIL WESI : Pikantuk berkah pangestu panjenengan dalem kalising sambi
kala.
ADIPATI PATI : Babar wisani pawarta ngenani bab Andha Rante, saiki ing
sawetara wektu iki wis gawe geger ana ing sak kukuban Kabupaten Pati. mula kang
kuwi jeneng ingsun wis utusan marang Ki Sumba Pradan dalah Ki Sumba Wilis, kakang Kendhil Wesi? Apa jeneng sira midhanget
ature prajurit pangisepan, saingga kanti nderekke lakune Sumba Pradan lan Sumba
Wilis nggone mrepeki Siti Hinggil si Andha Rante.
KENDHIL
WESI : Ngadhap kalihan kathah lepat
nyuwun ngapunten dalem..
ADIPATI
PATI : Piye, piye kakang…
KENDHIL WESI : Ing sekawit Kanjeng Adipati Mangun Oneng, ngutus dumateng
kula kang supaya nglampati wonten ing Siti Hinggil, malah kapara wonten Sumba
Pradan lan Wilis kula utus ngrumiyini wonten ing Siti Hinggil ngantos ing
wekdal sakmangke malah dereng wonten kabar Gusti..
TIBA-TIBA
KEDUA TUMENGGUNG UTUSAN DATANG.
TUMENGGUNG
SUMBA WILIS DAN
SUMBA
PRADAN : Kula ingkang sowan Gusti.
ADIPATI
PATI : Iya kepenakna anggonmu
lungguh,
Sumba Wilis, rada mepet kangmasmu
kene, ben cetha.
ADIPATI PATI : Kadya nyidham cempalo rasaning penggalihku, banget nggoning ngantu-antu pawarto saka ing Siti
Hinggil. Sumba Pradan, sami karaharjan sowanmu.
SUMBA PRADAN : Pangestu dalem mboten kirang satunggal menapa, keparenga matur
lepat nuwun sih pangpunten.rikala sinuwun ngutus dalem utusan abdi pun kula Sumba
Pradan supados njumangkahaken suku wonten ing Bumi Siti Hinggil, pinanggiha
dumateng kalih Andha Rante, sayektos, menawi to Dusun Siti Hinggil pancenipun
dipun damel lelabet kalih tiyang ingkang
nama Andha Rante. Rehning dawuh panjenengan dalem, supados kula ngripih kalih
Andha Rante, ngripih kalih Andha Rante. Sekedik baka sekedik anggen kula
ngripih, supados piyambakipun purun kula sowanaken wonten ngersa dalem Kanjeng
Adipati. Nanging piyambakipun malah kepara wani Kanjeng Gusti.
KENDHIL
WESI : Wani tatanan ing Kabupaten Pati?
SUMBA PRADAN : Inggih, sepisan wantun kalih pranatan wonten ing Kabupaten Pati,
angka kaping kalih wani kalih Nara Praja Pati. reh niku ateges panguas dalem,
kapeksa kula bentak irah saking sawetawis kalih Andha Rante, nanging nyuwun agenging pangapunten Gusti,
kula kalih kadhang kula Sumba Wilis babar pisan mboten saget nanggulangi kridhanipun
Andha Rante. Agunging pangpunten Gusti.
ADIPATI
PATI : Tak tampa aturmu,
Sumba Wilis….
SUMBA
WILIS : Sabda dalem katimbalan
sinuwun.
ADIPATI PATI : Dene sira ingkang ingsun pasrahi ngamping-ampingi kang mas
sira Sumba Pradan ing sajero nyangkol ayahan nanjehke kahanane Andha Rante ing Siti
Hinggil apa bener to ature kangmas sira Sumba Pradan.
SUMBA WILIS : Kanjeng Adipati, sedaya menika mboten sisip aturipun
kangmas Sumba Pradan. Menawi Andha Rante mboten kersa ninggalaken tindak
pasulayan sedaya para kadang sentono dalem Kabupaten Pati. sampun Gusti..
ADIPATI
PATI : Iya-ya, kendel sawetawis..
Sumba Pradan, sithik jeneng Ingsun pengen priksa.
Upamane ta kok nganti kelakon Ki Andha Rante kuwi mbegugug matika waton kuwi
tembung paribasane, dheweke kepingin nggawe tatanan dhewe ana ing Siti Hinggil sak
kukuban kuwi dasar-dasare apa? Aku kepingin priksa..
SUMBA PRADAN : Sepisan, piyambakipun rumaos kaganggu kamardikanipun..
ADIPATI
PATI : Bab perkara apa iku?
SUMBA PRADAN : Wiwit pajar, tiyang-tiyang muslim sami anglampahi sembahyang
subuh. Mangka nembe wonten adzan, piyambakipun nembe tilem. Sak sampunipun
mireng adzan rumaos kaganggu anggonipun tilem. Ngantos wayah surup maghrib,
adzan maghrib piyambakipun rumaos keganggu, jalaran nembe kemawon lungrah
badanipun, nembe kemawon leyeh-leyeh, dereng ngantos ilang anggenipun lungrah,
keganggu kaliyan adzan magrib menika wau. Ngantos langgar, mesjid dipun balangi
tiyang nembe nglampahi shalat sembahyang dipun ganggu. Menika gusti.
ADIPATI
PATI : Kakang Kendhil Wesi..
KENDHIL
WESI : Sabda dalem Gusti…
ADIPATI PATI : Rada narik kawigaten Ingsun bab karangane Ki Andha Rante,
mula ingkang kuwi jeneng Ingsun pasrah Praja Pati ing sawutuhe marang sira Patih
Kendhil Wesi. Jeneng ingsun kepingin nyarirani pribadi kepingin ketemu mangsa
karon wayang Ki Andha Rante.
KENDHIL WESI : Mekaten yen dereng atur panjenengan, bakalan nyarirani
pribadi wonten ing Siti Hinggil, manyurun pasuryane Andha Rante.sakmenika kula
bakal njagi wonten ing Kadipaten Pati.
ADIPATI PATI : Sumba Pradan, sameptekke kawula Pangisepan, mlabat lakune
Ingsun dening Ingsun arep ing Siti Hinggil.
SUMBA
PRADAN : Ngestoaken dhawuh dalem Gusti.
Subscribe to:
Posts (Atom)