ALUR
CERITA KETOPRAK PATI
LAKON
ANDHA RANTE
Sunardi
2102406643
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS
Unnes
2012
ABSTRAK
Sunardi. 2011. Alur
Cerita Ketoprak Pati Lakon Andha
Rante. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Bambang Indiatmoko, M.Si. Pembimbing II: Sucipto Hadi
Purnomo, S.Pd., M.Pd.
Alur adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Alur merupakan bagian penting
dalam sebuah drama pementasan maupun drama kaset(rekaman kaset pita), karena
alur adalah suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak
terputus-putus. Oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab
atau akibat kejadian lain. Seperti halnya dalam drama modern, ketoprak juga
memiliki alur yang sama dengan drama modern termasuk juga ketoprak Pati. Dalam
dunia ketoprak banyak lakon yang popular, salah satunya yaitu lakon Andha
Rante. Andha Rante merupakan tokoh utama yang antagonis yang selalu merasa
dirinya paling benar. Inilah yang menjadikan menarik untuk diteliti.
Masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana alur cerita dalam Ketoprak Pati pada lakon “Andha Rante”.
Masalah yang tercakup dalam penelitian tersebut adalah tahapan alur dan jenis
alur cerita lakon Andha Rante. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
jalinan peristiwa sebagai unsur pembentuk alur dan mengetahui bentuk alur
tersebut dalam wujud gambar. Manfaat
yang dapat diperoleh dalam penilitian naskah ketoprak Pati lakon Andha Rante adalah mengembangka khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya khasanah sastra Jawa tradisional.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak. Metode simak digunakan untuk mentranskrip data utama, yaitu VCD pementasan ketoprak dengan lakon Andha Rante oleh S.W. Ketoprak Sri Kencono Budoyo Pati. Metode analisis data menggunakan empat tahap
yaitu, tahap
analisis naskah pada tiap-tiap adegan, tahap penjabaran naskah sesuai dengan
teori yang digunakan, tahap interpretasi data-data hasil analisis, dan yang
terakhir tahap penarikan simpulan.
Alur yang digunakan lakon Andha
Rante adalah alur maju. Ini dibuktikan dengan rincian tahapan alur mulai
dari tahap eksposisi ketika di awal adegan tokoh Andha Rante mengucapkan keluh
kesahnya. Itu sebagai prolog cerita yang ditampilkan. Kemudian tahap konflik
ketika Andha Rante bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten
Pati. Kemudian mereka bertarung. Hal itu menjadi konflik yang muncul pertama.
Komplikasi muncul ketika Bupati Pati
Mangun Oneng menghadap ke Kasultanan Mataram untuk meminta bantuan Sultan Agung
supaya memberi solusi dan bantuan menangkap Andha Rante. Kemudian tahap krisis
atau klimaks, yaitu ketika semua utusan Bupati Pati dan utusan Sultan Agung
menuai kegagalan sampai akhirnya utusan Sultan Agung yang bernama Ustadz Makdum
Alatas meninggal. Tahap selanjutnya tahap resolusi atau peleraian, yaitu solusi memecahkan masalah yang sudah
muncul dalam tahap-tahap sebelumnya. Syeh Jangkung meminta bantuan Buranti
putri Tumenggung Sumba Pradan untuk menjebak Andha Rante. Kemudian tahap akhir
yaitu tahap keputusan atau penyelesaian, yakni semua masalah sudah
terselesaikan yaitu ketika Andha Rante meninggal dengan dibuat mabuk dan
kemudian diikat dengan rantai emas. Dalam cerita ini tidak terdapat kilas balik
cerita atau flash back.
Ketoprak sebagai media komunikasi harus tetap dijaga keberadaannya dalam
konteks budaya masa kini dan masa depan. Sebagai tontonan yang berifat
tradisional, sutradara perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan
masyarakat. Inovasi tersebut adalah penggarapan alur dalam lakon yang ditampilkan, teknik penyajian tokoh, iringan, dan
properti. Supaya tidak kehilangan daya pikat penontonnya.
Kata kunci: ketoprak Pati, alur, Andha Rante.
A.
Pendahuluan
Ketoprak
merupakan salah satu kesenian tradisional yang berupa pementasan drama yang
mengangkat cerita-cerita tertentu. biasanya cerita yang ditampilkan berasal
dari legenda, cerita rakyat, sejarah dan cerita-cerita carangan (cerita yang
dimodifikasi dari cerita bakunya). Contohnya legenda adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh
karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah. Contoh legenda yang
sering digunakan sebagai lakon dalam pementasan ketoprak adalah legenda
berdirinya Menara Kudus. Adapun cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya
dan sejarah yang dimiliki bangsa, pada umumnya cerita rakyat mengisahkan
kejadian di suatu tempat atau asal muasal tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan
dalam cerita rakyat pada umumnya diwujudkan dalam bentuk baik binatang, manusia
ataupun dewa. Contoh cerita rakyat yang sering digunakan dalam pementasan
ketoprak adalah cerita Saridin. Cerita rakyat tersebut sangat diminati oleh
para penikmat ketoprak di Pati, selain cerita Saridin ada juga yaitu cerita
Andha Rante. Kisah Andha Rante juga merupakan cerita pilihan bagi para penikmat
ketoprak di wilayah Pati. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat
kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan
(terutama untuk raja-raja yang memerintah). Contoh sejarah yang biasanya
digunakan dalam pementasan ketoprak ialah sejarah kerajaan majapahit, seperti
lakon “Gajah Mada”, yang mana menceritakan kisah hidup sang maha Patih Gajah
Mada dari masa muda hingga masa tuanya. Cerita carangan ialah cerita yang
dimodifikasi dari cerita baku/aslinya. Contoh cerita carangan yang sering
ditampilkan adalah cerita “Sri Huning”. Dan masih banyak lagi contoh-contoh
cerita carangan yang lainnya.
B.
Perkembangan
Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Perkembangan
Ketoprak di Pati sudah menjadi bagian kehidupan bagi masyarakat Pati, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya jumlah kelompok-kelompok Ketoprak di Pati. Dari
kelompok yang amatiran sampai kelompok yang profesional saling mendukung, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya system pemain
bon-bonan. jadi hal ini yang menjadikan perkembangan Ketoprak di Pati
menjadi baik. Bentuk atau model pementasan Ketoprak Pati sangat berbeda dengan
bentuk pementasan Ketoprak Mataraman, jenis pementasannya adalah jenis
pementasan pesisiran atau jenis pementasan ndesa.
Bentuk drama Ketoprak hampir sama dengan bentuk teater modern, perbedaan yang
mendasar adalah tradisional dan modern, perbedaan yang umum terdapat pada jenis
iringan, penggarapan cerita yang diambil, dan tata panggung. Biasanya
penggarapan pada Ketoprak mengambil dari cerita-cerita rakyat, cerita sejarah,
dan cerita-cerita lainnya, Sedangkan penggarapan cerita Teater lebih pada
cerita-cerita yang terkini atau yang sedang terjadi pada masa sekarang.
Dalam
penelitian ini diambil salah satu bentuk kesenian tradisional berupa ketoprak
Pati yang dikhususkan dalam lakon Ketoprak yaitu “Andha Rante”. Lakon “Andha
Rante” sudah sangat familiar bagi warga masyarakat Pati dan sekitarnya, antara
lain yaitu daerah Kudus, Jepara, Rembang, Blora dan, Purwodadi. Yang menjadi
menarik dalam lakon tersebut untuk diteliti adalah intensitas permintaan lakon
“Andha Rante” oleh masyarakat kepada kelompok-kelompok ketoprak yang ada di
kabupaten Pati. Buktinya meskipun telah berulang-ulang kali dipentaskan, lakon
“Andha Rante” masih tetap menjadi pilihan bagi penggemar Ketoprak yang ada di
Pati dan sekitarnya.
C. Alur Cerita Dalam Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Seperti halnya drama modern, dalam drama tradisional dalam hal ini adalah
ketoprak juga memiliki alur. Setelah
menguraikan naskah drama tersebut ke dalam beberapa
tahapan-tahapan yaitu tahap eksposisi, konflik, komplikasi, krisis,
resolusi, dan keputusan maka dapat
digambarkan melalui grafik:
|
Gb. 4
Keterangan:
I.
Tahap Pemaparan: Terjadi pada ADEGAN-1,
II.
Tahap Konflik: Terjadi pada akhir ADEGAN-1
sampai dengan ADEGAN-3,
III.
Tahap Komplikasi: Terjadi pada ADEGAN-5 sampai
dengan pertengahan ADEGAN-7, (adegan 4 tidak ada karena disitu hanya adegan
emban jogedan dan guyonan)
IV.
Tahap Krisis: Terjadi pada pertengahan ADEGAN-7
sampai dengan pertengahan ADEGAN-11,(adegan 8 tidak ada karena disitu hanya
adegan dagelan yang sama dengan adegan 4)
V.
Tahap Resolusi: Terjadi pada pertengahan
ADEGAN-11 sampai dengan awal ADEGAN-12,
VI.
Tahap Keputusan: Terjadi pada ADEGAN-12 sampai
selesai.
Setelah menganalisis struktur lakon cerita ketoprak Pati dengan Lakon Andha Rante oleh Sw. Kethoprak Siswo
Kencono Budoyo Pati mulai dari adegan
pertama sampai adegan terakhir dapat diketahui bahwa dalam lakon ini sesuai
dengan teori struktur drama dari William Henry Hudson yang digunakan untuk
menganalisis struktur dramatik pada lakon ini.
Bila melihat grafik pada gambar 4, puncak pada nomor IV adalah titik
puncak tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa titik tersebut merupakan titik
klimaks atau puncak cerita. Puncak-IV yang dimulai pada pertengan ADEGAN-7,
yaitu pada saat setelah meninggalnya Ustadz Makdum atas perbuatan Andha Rante
dan ketika itu Bupati Pati menyuruh Tumenggung Sumba Pradan untuk menemui Syeh
Jangkung untuk menghentikan ulah Andha Rante.
Jadi jika melihat grafik di atas
sudah bisa disimpulkan kalau dalam cerita ketoprak lakon Andha Rante
menggunakan alur maju, karena di dalam rangkaian cerita tidak menggunakan
cerita balik atau flash back.
D. Simpulan
Setelah pembahasan yang telah dipaparkan dalam BAB IV, cerita ketoprak lakon Andha Rante yang terdiri dari 12 adegan,
yang terbentuk oleh unsur intrinsik salah satunya adalah alur. Dalam cerita
ketoprak lakon Andha Rante yang
analisis/diteliti adalah alur cerita yang digunakan oleh sutradara. Dalam
cerita ketoprak lakon Andha Rante alur
yang digunakan adalah alur maju. Dibuktikan mulai dari adegan Andha Rante
bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten Pati dalam adegan
pertama. Kemudian hingga meninggalnya ustadz Makdum Alatas di Desa Siti Hinggil
karena perbuatan Andha Rante, dan sampai akhirnya Andha Rante bisa dikalahkan
hingga akhirnya meniggal oleh daya upaya Syeh Jangkung yang dibantu oleh putri
Tumenggung Sumba Pradan yang bernama Buranti dalam adegan terakhir. Dalam
cerita yang disampaikan tidak terdapat kilas balik cerita atau flash back.
Sarana analisis yang digunakan yaitu teori
oleh William Henry Hudson dengan tahapan-tahapannya yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.
E. Saran
Setelah menganalisis cerita ketoprak lakon Andha Rante oleh kelompok Ketoprak Sri Kencono Bodoyo Pati , ada
beberapa saran sebagai berikut.
Pertama, Ketoprak sebagai media
komunikasi harus tetap kita jaga keberadaannya dalam konteks budaya masa kini
dan masa depan, serta perannya sebagai sarana untuk menyebarkan pesan dan
nilai-nilai yang berguna bagi penanaman budi pekerti dan pembangunan bangsa.
Kedua, para sutradara perlu melakukan
penyesuaian terhadap perkembangan masyarakat. Inovasi tersebut adalah
penggarapan alur dalam lakon yang
akan ditampilkan. Namun penyesuaian tersebut hendaknya tidak merubah tujuan
awal pementasan, yaitu harus mencerminkan suka duka dan romantika kehidupan
manusia dengan segala persoalannya yang pada akhirnya memperlihatkan kebaikan
dan keburukan.
F. Daftar Pustaka
Aminuddin. 2002. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Asmara, Adhi. 1983. Cara Menganalisa
Drama. Yogyakarta: CV Nur Cahaya
Bandem, Made dan Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Harymawan, RMA. 1993. Dramatugi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Khazin, Muhamad. 2010. Motif Lawakan dalam Pagelaran Ketoprak Putri
Cina Lakon Sam Pek Eng Tai. Skripsi.
Unnes
Mulyo, Heru Mugo. 2009. Drama
tuk Karya Bambang Widoyo SP dan Kesesuaiannya
Sebagai
Bahan
Ajar
di SMP. Skripsi. Unnes
Nugroho, Yusro Edy. 2008. Diktat Mata
Kuliah Drama Jawa. Semarang: FBS Unnes
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Propp, Vladimir. 1987. Morfologi
Cerita Rakyat. Kuala Lumpur: Sais Baru Sdn. Bhd.
Purwaraharja, Lephen dan Nusantara, Bondan. 1997. Ketoprak Orde Baru. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satoto, Soediro. 1989. Pengkajian
Drama 1. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Sudyarsana, Handung Kus. 1989. Ketoprak.
Yogyakarta: Kanisius
Susanto, Budi. 2000. Imajinasi
Penguasa dan Identitas Postkolonial (Siasat Politik (Kethoprak) Massa Rakyat).
Yogyakarta: Kanisius
Team Penyunting Bidang Kesenian. 1985. Tuntunan Seni Kethoprak. Yogyakarta: Kanwil DEPDIKBUD Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Widada, dkk. 2001. Kamus Basa
Jawa (Bausastra Jawa). Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil
Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.