Buku Tamu

Tuesday, October 2, 2012

Yang Menjadikanku Sarjana


ALUR CERITA KETOPRAK PATI
LAKON ANDHA RANTE
Sunardi
2102406643
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes
2012

ABSTRAK
Sunardi. 2011. Alur Cerita Ketoprak Pati Lakon Andha Rante. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Bambang Indiatmoko, M.Si. Pembimbing II: Sucipto Hadi Purnomo, S.Pd., M.Pd.

Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Alur merupakan bagian penting dalam sebuah drama pementasan maupun drama kaset(rekaman kaset pita), karena alur adalah suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus. Oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab atau akibat kejadian lain. Seperti halnya dalam drama modern, ketoprak juga memiliki alur yang sama dengan drama modern termasuk juga ketoprak Pati. Dalam dunia ketoprak banyak lakon yang popular, salah satunya yaitu lakon Andha Rante. Andha Rante merupakan tokoh utama yang antagonis yang selalu merasa dirinya paling benar. Inilah yang menjadikan menarik untuk diteliti.
Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana alur cerita dalam Ketoprak Pati pada lakon “Andha Rante”. Masalah yang tercakup dalam penelitian tersebut adalah tahapan alur dan jenis alur cerita lakon Andha Rante. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jalinan peristiwa sebagai unsur pembentuk alur dan mengetahui bentuk alur tersebut dalam wujud gambar. Manfaat yang dapat diperoleh dalam penilitian naskah ketoprak Pati lakon Andha Rante adalah mengembangka khasanah ilmu pengetahuan, khususnya khasanah sastra Jawa tradisional.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak digunakan untuk mentranskrip data utama, yaitu VCD pementasan ketoprak dengan lakon Andha Rante oleh S.W. Ketoprak Sri Kencono Budoyo Pati. Metode analisis data menggunakan empat tahap yaitu, tahap analisis naskah pada tiap-tiap adegan, tahap penjabaran naskah sesuai dengan teori yang digunakan, tahap interpretasi data-data hasil analisis, dan yang terakhir tahap penarikan simpulan.
Alur yang digunakan lakon Andha Rante adalah alur maju. Ini dibuktikan dengan rincian tahapan alur mulai dari tahap eksposisi ketika di awal adegan tokoh Andha Rante mengucapkan keluh kesahnya. Itu sebagai prolog cerita yang ditampilkan. Kemudian tahap konflik ketika Andha Rante bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten Pati. Kemudian mereka bertarung. Hal itu menjadi konflik yang muncul pertama. Komplikasi muncul ketika Bupati Pati Mangun Oneng menghadap ke Kasultanan Mataram untuk meminta bantuan Sultan Agung supaya memberi solusi dan bantuan menangkap Andha Rante. Kemudian tahap krisis atau klimaks, yaitu ketika semua utusan Bupati Pati dan utusan Sultan Agung menuai kegagalan sampai akhirnya utusan Sultan Agung yang bernama Ustadz Makdum Alatas meninggal. Tahap selanjutnya tahap resolusi atau peleraian, yaitu solusi memecahkan masalah yang sudah muncul dalam tahap-tahap sebelumnya. Syeh Jangkung meminta bantuan Buranti putri Tumenggung Sumba Pradan untuk menjebak Andha Rante. Kemudian tahap akhir yaitu tahap keputusan atau penyelesaian, yakni semua masalah sudah terselesaikan yaitu ketika Andha Rante meninggal dengan dibuat mabuk dan kemudian diikat dengan rantai emas. Dalam cerita ini tidak terdapat kilas balik cerita atau flash back.
Ketoprak sebagai media komunikasi harus tetap dijaga keberadaannya dalam konteks budaya masa kini dan masa depan. Sebagai tontonan yang berifat tradisional, sutradara perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan masyarakat. Inovasi tersebut adalah penggarapan alur dalam lakon yang ditampilkan, teknik penyajian tokoh, iringan, dan properti. Supaya tidak kehilangan daya pikat penontonnya.

Kata kunci: ketoprak Pati, alur, Andha Rante.

A.    Pendahuluan
Ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional yang berupa pementasan drama yang mengangkat cerita-cerita tertentu. biasanya cerita yang ditampilkan berasal dari legenda, cerita rakyat, sejarah dan cerita-cerita carangan (cerita yang dimodifikasi dari cerita bakunya). Contohnya legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah. Contoh legenda yang sering digunakan sebagai lakon dalam pementasan ketoprak adalah legenda berdirinya Menara Kudus. Adapun cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa, pada umumnya cerita rakyat mengisahkan kejadian di suatu tempat atau asal muasal tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat pada umumnya diwujudkan dalam bentuk baik binatang, manusia ataupun dewa. Contoh cerita rakyat yang sering digunakan dalam pementasan ketoprak adalah cerita Saridin. Cerita rakyat tersebut sangat diminati oleh para penikmat ketoprak di Pati, selain cerita Saridin ada juga yaitu cerita Andha Rante. Kisah Andha Rante juga merupakan cerita pilihan bagi para penikmat ketoprak di wilayah Pati. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Contoh sejarah yang biasanya digunakan dalam pementasan ketoprak ialah sejarah kerajaan majapahit, seperti lakon “Gajah Mada”, yang mana menceritakan kisah hidup sang maha Patih Gajah Mada dari masa muda hingga masa tuanya. Cerita carangan ialah cerita yang dimodifikasi dari cerita baku/aslinya. Contoh cerita carangan yang sering ditampilkan adalah cerita “Sri Huning”. Dan masih banyak lagi contoh-contoh cerita carangan yang lainnya.
B.     Perkembangan Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Perkembangan Ketoprak di Pati sudah menjadi bagian kehidupan bagi masyarakat Pati, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah kelompok-kelompok Ketoprak di Pati. Dari kelompok yang amatiran sampai kelompok yang profesional saling mendukung, hal tersebut dibuktikan dengan adanya system pemain bon-bonan. jadi hal ini yang menjadikan perkembangan Ketoprak di Pati menjadi baik. Bentuk atau model pementasan Ketoprak Pati sangat berbeda dengan bentuk pementasan Ketoprak Mataraman, jenis pementasannya adalah jenis pementasan pesisiran atau jenis pementasan ndesa. Bentuk drama Ketoprak hampir sama dengan bentuk teater modern, perbedaan yang mendasar adalah tradisional dan modern, perbedaan yang umum terdapat pada jenis iringan, penggarapan cerita yang diambil, dan tata panggung. Biasanya penggarapan pada Ketoprak mengambil dari cerita-cerita rakyat, cerita sejarah, dan cerita-cerita lainnya, Sedangkan penggarapan cerita Teater lebih pada cerita-cerita yang terkini atau yang sedang terjadi pada masa sekarang.
Dalam penelitian ini diambil salah satu bentuk kesenian tradisional berupa ketoprak Pati yang dikhususkan dalam lakon Ketoprak yaitu “Andha Rante”. Lakon “Andha Rante” sudah sangat familiar bagi warga masyarakat Pati dan sekitarnya, antara lain yaitu daerah Kudus, Jepara, Rembang, Blora dan, Purwodadi. Yang menjadi menarik dalam lakon tersebut untuk diteliti adalah intensitas permintaan lakon “Andha Rante” oleh masyarakat kepada kelompok-kelompok ketoprak yang ada di kabupaten Pati. Buktinya meskipun telah berulang-ulang kali dipentaskan, lakon “Andha Rante” masih tetap menjadi pilihan bagi penggemar Ketoprak yang ada di Pati dan sekitarnya.
C.    Alur Cerita Dalam Ketoprak Pati Lakon Andha Rante
Seperti halnya drama modern, dalam drama tradisional dalam hal ini adalah ketoprak juga memiliki alur. Setelah menguraikan naskah drama tersebut ke dalam beberapa tahapan-tahapan yaitu tahap eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan maka dapat digambarkan melalui grafik:



 
 
   
 








Gb. 4
Keterangan:
I.                   Tahap Pemaparan: Terjadi pada ADEGAN-1,
II.                Tahap Konflik: Terjadi pada akhir ADEGAN-1 sampai dengan ADEGAN-3,
III.             Tahap Komplikasi: Terjadi pada ADEGAN-5 sampai dengan pertengahan ADEGAN-7, (adegan 4 tidak ada karena disitu hanya adegan emban jogedan dan guyonan)
IV.             Tahap Krisis: Terjadi pada pertengahan ADEGAN-7 sampai dengan pertengahan ADEGAN-11,(adegan 8 tidak ada karena disitu hanya adegan dagelan yang sama dengan adegan 4)
V.                Tahap Resolusi: Terjadi pada pertengahan ADEGAN-11 sampai dengan awal ADEGAN-12,
VI.             Tahap Keputusan: Terjadi pada ADEGAN-12 sampai selesai.
Setelah menganalisis struktur lakon cerita ketoprak Pati dengan Lakon Andha Rante oleh Sw. Kethoprak Siswo Kencono Budoyo Pati  mulai dari adegan pertama sampai adegan terakhir dapat diketahui bahwa dalam lakon ini sesuai dengan teori struktur drama dari William Henry Hudson yang digunakan untuk menganalisis struktur dramatik pada lakon ini.
Bila melihat grafik pada gambar 4, puncak pada nomor IV adalah titik puncak tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa titik tersebut merupakan titik klimaks atau puncak cerita. Puncak-IV yang dimulai pada pertengan ADEGAN-7, yaitu pada saat setelah meninggalnya Ustadz Makdum atas perbuatan Andha Rante dan ketika itu Bupati Pati menyuruh Tumenggung Sumba Pradan untuk menemui Syeh Jangkung untuk menghentikan ulah Andha Rante.
Jadi jika melihat grafik di atas sudah bisa disimpulkan kalau dalam cerita ketoprak lakon Andha Rante menggunakan alur maju, karena di dalam rangkaian cerita tidak menggunakan cerita balik atau flash back.

D.    Simpulan
Setelah pembahasan yang telah dipaparkan dalam  BAB IV, cerita ketoprak lakon Andha Rante yang terdiri dari 12 adegan, yang terbentuk oleh unsur intrinsik salah satunya adalah alur. Dalam cerita ketoprak lakon Andha Rante yang analisis/diteliti adalah alur cerita yang digunakan oleh sutradara. Dalam cerita ketoprak lakon Andha Rante alur yang digunakan adalah alur maju. Dibuktikan mulai dari adegan Andha Rante bertemu dengan Tumenggung Sumba Pradan utusan dari Kabupaten Pati dalam adegan pertama. Kemudian hingga meninggalnya ustadz Makdum Alatas di Desa Siti Hinggil karena perbuatan Andha Rante, dan sampai akhirnya Andha Rante bisa dikalahkan hingga akhirnya meniggal oleh daya upaya Syeh Jangkung yang dibantu oleh putri Tumenggung Sumba Pradan yang bernama Buranti dalam adegan terakhir. Dalam cerita yang disampaikan tidak terdapat kilas balik cerita atau flash back.
Sarana analisis yang digunakan yaitu teori oleh William Henry Hudson dengan tahapan-tahapannya yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.

E.     Saran
Setelah menganalisis cerita ketoprak lakon Andha Rante oleh kelompok Ketoprak Sri Kencono Bodoyo Pati , ada beberapa saran sebagai berikut.
Pertama, Ketoprak sebagai media komunikasi harus tetap kita jaga keberadaannya dalam konteks budaya masa kini dan masa depan, serta perannya sebagai sarana untuk menyebarkan pesan dan nilai-nilai yang berguna bagi penanaman budi pekerti dan pembangunan bangsa.
Kedua, para sutradara perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan masyarakat. Inovasi tersebut adalah penggarapan alur dalam lakon yang akan ditampilkan. Namun penyesuaian tersebut hendaknya tidak merubah tujuan awal pementasan, yaitu harus mencerminkan suka duka dan romantika kehidupan manusia dengan segala persoalannya yang pada akhirnya memperlihatkan kebaikan dan keburukan.

F.     Daftar Pustaka
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
            Algensindo.
Asmara, Adhi. 1983. Cara Menganalisa Drama. Yogyakarta: CV Nur Cahaya
Bandem, Made dan Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Harymawan, RMA. 1993. Dramatugi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Khazin, Muhamad. 2010. Motif Lawakan dalam Pagelaran Ketoprak Putri Cina Lakon Sam Pek Eng Tai. Skripsi. Unnes
Mulyo, Heru Mugo. 2009. Drama tuk Karya Bambang Widoyo SP dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan Ajar di SMP. Skripsi. Unnes
Nugroho, Yusro Edy. 2008. Diktat Mata Kuliah Drama Jawa. Semarang: FBS Unnes
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Propp, Vladimir. 1987. Morfologi Cerita Rakyat. Kuala Lumpur: Sais Baru Sdn. Bhd.
Purwaraharja, Lephen dan Nusantara, Bondan. 1997. Ketoprak Orde Baru. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satoto, Soediro. 1989. Pengkajian Drama 1. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Sudyarsana, Handung Kus. 1989. Ketoprak. Yogyakarta: Kanisius
Susanto, Budi. 2000. Imajinasi Penguasa dan Identitas Postkolonial (Siasat Politik (Kethoprak) Massa Rakyat). Yogyakarta: Kanisius
Team Penyunting Bidang Kesenian. 1985. Tuntunan Seni Kethoprak. Yogyakarta: Kanwil DEPDIKBUD Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Widada, dkk. 2001. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.